Dokter, berbagai pasien datang ke klinik dengan beragam permasalahan kulit yang dialaminya dan salah satunya adalah jerawat. Sayangnya, masih banyak mitos sering kali terdengar di sekitar kita dan menimbulkan kesalahpahaman dalam perawatannya. Sebagai dokter kecantikan tentunya memiliki peran penting dalam membekali pasien dengan informasi yang akurat dan berbasis ilmiah agar pasien dapat merawat kulitnya dengan lebih efektif. Oleh karena itu, mari kita bahas beberapa mitos umum seputar jerawat dan mengungkap fakta ilmiahnya agar Anda dapat memberikan edukasi yang lebih akurat kepada pasien.
Myth 1 : Hanya remaja yang mengalami jerawat
Meskipun permasalahan kulit jerawat ini biasanya terjadi pada remaja yang sedang mengalami masa puber, tetapi tentunya orang dewasa juga dapat mengalami hal ini. Faktanya faktor yang mempengaruhi jerawat adalah ketidakseimbangan hormon, pola makan, lingkungan, gaya hidup dan sebagainya. Peran dokter disini harus mengidentifikasi penyebab individual dan arahkan pasien pada perawatan yang sesuai dengan kondisi kulit dan usianya.
Myth 2 : Makan coklat menyebabkan jerawat
Mitos coklat menyebabkan jerawat ini sudah lama beredar dan menyebabkan banyak orang enggan untuk menikmati makanan manis ini. Namun, faktanya tidak semua jenis coklat memiliki efek yang sama terhadap kulit. Menurut Shelly, dkk. (2023), terdapat studi yang memperlihatkan bahwa white chocolate dapat memperburuk masalah jerawat. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kandungan gula dan produk susu yang tinggi dalam white chocolate, yang dapat memicu peradangan dan produksi minyak berlebih di kulit. Namun belum ada studi yang membuktikan bahwa dark chocolate dapat mempengaruhi jerawat. Sebagai dokter anda berkewajiban memberikan edukasi pasien agar memahami komposisi makanan, bukan sekadar pantangan umum. Ajak mereka memperhatikan reaksi kulit secara personal.
Myth 3 : MakeUp menyebabkan jerawat
Penggunaan makeup seringkali dikatakan sebagai penyebab jerawat. Padahal tidak semua makeup bersifat komedogenik atau menyumbat pori-pori. Apabila jerawat muncul akibat penggunaan makeup, biasanya dapat disebabkan oleh pemilihan makeup yang tidak sesuai dengan jenis kulit, formulasi makeup yang komedogenik, atau kebiasaan yang kurang higienis seperti tidak mencuci wajah dengan bersih setelah menggunakan makeup. Faktanya banyak varian makeup yang memiliki formulasi non-komedogenik dan dapat mengontrol produksi minyak. Dokter dapat mengarahkan pasien agar dapat memilih produk yang sesuai dengan jenis kulit, memastikan kebersihan alat makeup dan juga kebersihan wajah terutama setelah beraktivitas.
Myth 4 : Makanan berminyak menyebabkan jerawat
Mitos ini juga sudah sering muncul diantara pasien, tentu menjadi sebuah pertanyaan bagi pasien, apakah jadi tidak boleh memakan makanan yang berminyak? Faktanya secara ilmiah belum ada jurnal yang membahas bahwa makanan berminyak dapat menyebabkan jerawat. Namun, untuk makanan yang memiliki indeks glikemik yang tinggi dan produk susu berpotensi menyebabkan jerawat meskipun efeknya dapat bervariasi untuk setiap individu. Meskipun begitu dokter dapat mendorong pasien untuk mencatat pola makan dan observasi reaksi kulit. Fokus pada pendekatan individualized nutrition advice.
Myth 5 : Stress tidak memicu jerawat
Pendapat bahwa stress tidak memicu jerawat sering kali membuat pasien mengabaikan dampaknya terhadap kesehatan kulit. Faktanya, stress dapat meningkatkan produksi hormon kortisol yang akan merangsang aktivitas kelenjar sebasea dan meningkatkan produksi minyak yang berlebih, sehingga memicu munculnya jerawat. Meskipun stress bukan satu-satunya yang menyebabkan jerawat. Namun, perlu diinformasikan kepada pasien tentang pentingnya manajemen stres, tidur cukup, dan olahraga sebagai bagian dari perawatan kulit yang holistik.
Dengan memahami mitos dan fakta tentang jerawat, Dokter dapat memberikan informasi yang lebih akurat kepada pasien sehingga mereka dapat merawat kulitnya dengan lebih efektif. Karena jerawat bukan hanya masalah estetika, namun dapat dipengaruhi berbagai faktor seperti hormon, stress, pola makan, gaya hidup dan sebagainya. Mari bersama-sama menyebarkan edukasi yang tepat dan ciptakan cantik natural!
Referensi
Fadilah, N., Wahab, I., Basri, R. P. L., Waspodo, N., & Abdi, D. A. (2024). Hubungan Foundation (Alas Bedak) Dengan Kejadian Acne Vulgaris Pada Mahasiswi Angkatan 2021 & 2022 Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia. Innovative: Journal Of Social Science Research, 4(1), 5026-5033.
Latifah, U., Maulida, I.,K. Ardhi Henda. (2025). The Influence of Stress on the Severity of Acne Vulgaris in Adolescents. Indonesian Journal of Global Health Research, 7(1).
Ningrum, R. I. R., & Indriatmi, W. (2023). Hubungan Konsumsi Coklat dengan Perburukan Akne Vulgaris pada Remaja dan Dewasa Muda dengan Akne Vulgaris: Laporan Kasus Berbasis Bukti. Cermin Dunia Kedokteran, 50(10), 570-575.
Nguyen, Q. G., Markus, R., & Katta, R. (2016). Diet and acne: an exploratory survey study of patient beliefs. Dermatology practical & conceptual, 6(2), 21.