“Dok, ini produknya clean beauty, jadi aman ya?”
“Dok, yang ini bahan kimia bukan? Saya takut iritasi.”
Pertanyaan seperti ini mungkin semakin sering Anda dengar di ruang praktik. Istilah clean beauty kini sedang naik daun dan menjadi daya tarik utama berbagai merek skincare. Tapi sebagai dokter kecantikan, tugas Anda bukan sekadar mengikuti arus tren, melainkan menjadi penyeimbang antara ilmu dan persepsi.
Apa itu Clean Beauty?
Secara umum clean beauty didefinisikan sebagai produk yang diformulasikan dengan bahan yang aman dan tidak beracun baik bagi konsumen maupun lingkungan. Istilah ini juga sering dikaitkan dengan penggunaan bahan alami, sustainability dan produk yang tidak melalui uji coba pada hewan.
Namun, ada satu masalah besar: Belum ada standar resmi yang mendefinisikan ‘clean beauty’. Setiap brand bisa menetapkan versinya sendiri. Akibatnya, pasien sering disuguhi narasi yang lebih berbasis emosi dan estetika—bukan pada bukti ilmiah.
Apakah label clean = aman?
Istilah clean beauty kini menjadi daya tarik besar dalam dunia kosmetik. Namun, label "clean" sering kali disalah artikan sebagai jaminan bahwa produk pasti aman. Dalam tren ini, bahan alami kerap dipersepsikan lebih baik, sedangkan bahan sintetis dianggap berbahaya—padahal, keamanan suatu bahan tidak bergantung pada asal-usulnya, melainkan pada profil toksikologi dan dosis penggunaannya.
Contohnya, paraben—salah satu pengawet sintetis yang sudah lama digunakan di industri kosmetik. Berdasarkan tinjauan ilmiah oleh Zvonimir Petric, dkk (2021) dalam “The controversies of parabens – an overview nowadays”, hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang menyatakan paraben berbahaya jika digunakan dalam batas yang diizinkan. Namun, di tengah pro dan kontra yang masih berlangsung di kalangan ilmuwan maupun konsumen, DKE memilih untuk tidak menggunakan paraben sebagai bentuk komitmen kami terhadap transparansi, keamanan jangka panjang, dan preferensi konsumen modern.
Sebagai gantinya, kami menggunakan o-cymen-5-ol, pengawet yang lebih mutakhir dengan efektivitas tinggi dan profil keamanan yang lebih disukai. Pilihan ini sejalan dengan prinsip formulasi DKE: tidak sekadar mengikuti tren "clean", tetapi memahami esensi dari keamanan dan kualitas produk itu sendiri.
Peran Strategis Dokter Kecantikan
Tren ini dapat menjadi tantangan tersendiri bagi dokter, terutama saat menghadapi pasien yang menolak produk berbahan kimia tanpa memahami tujuan atau manfaat kandungan tersebut ataupun menjadi ketergantungan pada produk alami yang dimana mungkin saja dapat memperburuk kondisi kulit. Tantangan ini tumbuh karena konsumen modern akan semakin peduli dengan apa yang mereka aplikasikan di kulit dan terdapat dorongan besar terhadap sustainability, cruelty-free, dan transparansi label.
Peran dokter sangat diperlukan untuk menjadi "penerjemah label" — menjembatani antara pesan pemasaran dan realitas ilmiah. Edukasi berbasis empati dan sains dapat membantu pasien memahami bahwa:
- Tidak semua bahan kimia itu buruk,
- dan belum tentu semua bahan alami itu baik.
Dari Clean Menuju Clear
Dalam memilih produk perawatan kulit, penting untuk tidak hanya memilih produk yang “clean”, tapi juga yang secara ilmiah terbukti “clear” dalam efektivitas dan keamanannya. Sudah saatnya klinik estetik dan industri Cosmeceutical berkolaborasi untuk menciptakan produk yang tak hanya clean, tapi juga clear—transparan, berbasis bukti, dan aman untuk jangka panjang.